Pages

Ads 468x60px

Labels

Sabtu, 30 Juli 2011

Wajah Pendidikan Indonesia (created on July 2009)

WAJAH PENDIDIKAN DI INDONESIA


Bila kita mendengar kata pendidikan, maka akan identik dengan sekolah, kuliah, guru, siswa, mahasiswa dan yang lainnya, ilmu, belajar, pembangunan akhlakul kharimah dan yang lainnya. Semuanya mungkin tentang pembangunan generasi muda, calon pemimpin bangsa kelak. Walau dalam Islam hukum mencari pendidikan itu wajib bagi semuanya, tua, muda, kanak-kanak, dari lahir sampai liang lahat.

Mari kita tengok ke dalam Negeri, bagaimana wajah pendidikan kita?.

Di Indonesia sendiri setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, sebagaimana yang telah di atur oleh Undang-undang dasar 45. Namun apakah sudah semua anak bangsa telah mendapatkan haknya?. Ternyata masih banyak dari kita yang tak bisa dengan leluasa menikmati pendidikan. Banyak diantara kita yang mengalah pada nasib, lebih memilih bekerja untuk meredakan suara perut, menyambung hidup dengan nasi. Maka alangkah naifnya kita yang telah di beri kesempatan ini menyia-nyiakannya, bermalas-malasan, setengah hati mencari ilmu. Walau kita tahu, nasib bangsa di masa depan di tentukan oleh kita. Generasi muda bangsa.

Masalah pendidikan di Indonesia pun tidak berhenti hanya kepada masalah kesempatan-masalah biaya, tapi juga masalah para pelaksana pendidikan itu sendiri. Siapa mereka itu?
Mereka adalah pemerintah, sebagai penyelenggara dan penanggungjawab pendidikan bangsa, lalu para tenaga pendidik, dan peserta didik. Ketiga komponen ini haruus saling bersinergi, mendukung satu sama lain agar tercipta pendidikan yang baik, bermutu dan dapat di nikmati oleh semua kalangan.

Pemerintah sebagai penanggung jawab dari penyelenggaraan pendidikan, motor pertama pembuat kebijakan pendidikan, sudah selayaknya melakukan terobosan baru bagi dunia pendidika. Karena pendidikan merupakan sesuatu yang dinamis, berkembang sesuai dengan zamannya. Pendidikan dan masalah birokrasi adalah bagaikan dua mata pisau yang tak bisa di satukan, seringkali pendidikan menjadi tersendat karena masalah birokrasi, terutama mengenai masalah infrastruktur pendidikan, baik itu fisik maupun non fisik. Mungkin bagi sekolah yang letaknya dekat dengan pusat pemerintahan, bukan merupakan hal yang sulit untuk meminta kelengkapan fasilitas, ataupun dana, memperbaharui isu-isu pendidikan terbaru, atau yang lainnya. Tapi bayangkan dengan sekolah yang terletak di pedalaman, di pedesaan, yang belum tersentuh peradaban baru, bagi mereka bisa mendapat pendidikan saja adalah suatu hal yang sangat istimewa. Pemerintah juga bertanggungjawab terhadap kesejahteraan para pendidik, yang seharusnya tidak berdasarkan status (baca : PNS-NON PNS). Banyak tenaga pendidik di Negara ini yang tak bergelar sarjana, tapi nmereka menagbdi dengan sepenuh hati kepada pertiwi, menjalankan tugasnya, bahkan tanpa memikirkan bayaran atas profesinya .

Tenaga pendidik juga memliki peran yang tak kalah vitalnya dalam pendidikan. Guru tak hanya berperan sebagai pentransfer segala ilmu pengetahuan kepada siswanya, tapi juga Guru sebagai role mode, teladan bagi para siswanya. Semua ini akan berjalan dengan selaras dan seimbang apabila kita memiliki para tenaga pendidik yang berkualitas, yang memberikan totalitas pengabdiannya kepada Negara. Lagi-lagi pemerintah juga ambil peranan dalam masalah ini. Untuk menciptakan SDA yang berkualitas di perlukan sokongan dana, pelatihan-pelatihan untuk menambah keprofesinalismean mereka, jaminan kesejahteraan, dan jaminan ketenangan profesi, hal ini menjadi penting, karena dalam menjalankan tugasnya seorang guru memerlukan situasi yang kondusif, bebas dari tekanan dan interensi pihak-pihak yang mempunyai tujuan lain.

Peserta didik, merupakan komponen terpenting dari pendidikan. Merekalah objek penerima ilmu pengetahuan dari para tenaga pendidik, merekalah penerima kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Tapi, apa hanya sampai di situ peran seorang siswa dalam pendidikan? Diam, menyimak, mendengarkan, lalu menelan mentah-mentah apa yang mereka dapatkan dari sekolah, tanpa berfikir lagi guna dan manfaat bagi kehidupannya kelak. Banyak generasi muda kita yang pintar, yang berotak cerdas, namun banyak juga yang menjadi celaka dengan kecerdasannya. Menggunakan kepintaran yang mereaka punya untuk hal-hal yang merugikan masyarakat sekitarnya, melakukan tindakan criminal dan lain sebagainya. Hal ini laha yang akan terus terjadi apabila para peserta didik hanya berperan sebagai penerima, selayaknya mereka juga di libatkan secara aktif dalam pendidikan, sudah tak zaman lagi bila guru saja yang terus aktif bercerita, di perlukan juga partisipasi para siswa, misalkan dengan bertanya pada pelajaran yang tidak mengerti, berani menevaluasi kinerja gurunya muda sarat agar berubah menjadi lebih baik lagi.
Pada akhirnya, kita semua berharap agar tercipta pendidikan yang baik di Indonesia tercinta ini, pendidikan yang bermutu, yang akan menghasilkan generasi muda berkualitas.













PERENCANAAN HIDUP DALAM 5 TAHUN KE DEPAN
( Insya Allah jika masih di beri umur oleh Allah  )


Nama saya Nurlatifah, terlahir di karawang 13 juli 1991. Akan membuat perencanaan hidup saya dalam 5 tahun ke depan (insya Allah jika saya masih di beri kesempatan hidup di dunia) semenjak saya di terima di UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA pada tahun akademik 2009/2010 fakultas Ilmu pendidikan, jurusan Bimbingan dan Konseling. Adapun perencanaan hidup saya adalah sebagai berikut :
1. Menyelesaikan masa perkulahan saya dengan tepat waktu, selambatnya dalam jangka waktu 5 tahun.
2. Mengikuti kegiatan atau organisasi kemahasiswaan untuk melatih, mengembangkan, dan mengasah kemampuan saya, dan jiwa kepemimpinan saya.
3. Mengikuti kegiatan keagamaan, kajian-kajian ilmu agar dapat menambah keimanan dan pengetahuan agama saya.
4. Bila telah menyelesaikan pendidikan di Bimbingan Konseling UNJ, kelak saya ingin menjadi guru BK yang asyik sehingga bisa dekat dengan para murid agar mereka tidak segan bercerita tentang masalahnya kepada saya.
5. Ingin mengikuti organisasi kepenulisan atau bahasa untuk menyalurkan hobi saya dalam bidang sastra, dan bahasa.
6. Jika telah menyelesaikan studi, saya ingin lanjut S2 bila ada kesempatan, dan biaya.





AKU DAN MASA DEPAN PENDIDKAN INDONESIA
Aku ingin menjadi bagian dari pendidikan Indonesia. Menjadi penyemangat bagi putra-putri bangsa, agar terus berkarya, terus bercita-cita.
Aku ingin berusaha meyakinkan mereka, agar mau terus belajar, menjadi para pejuang ilmu pengetahuan. Aku ingin selalu ada untuk mereka yang kadang merasa kalah oleh masalahnya, di pandang tak ada oleh kawannya saat melakukan hal-hal di luar norma yang ada.
Aku ingin menjadi orang pertama yang tersenyum saat anak muridku berhasil kelak. Saat mereka dapat menuntut ilmu tanpa aral derita. Walau sungguhpun, hidup itu tak pernah habis masalahnya.
Tapi setidaknya aku ingin terus memasang telingaku dengan seksama, mendengar setiap kesah mereka, dan kemudian berusaha mengajaknya bersyukur atas apa yang mereka punya.
Bersyukur bahwa mereka termasuk anak bangsa yang beruntung bisa berseragam sekolah setiap hari, masih berkesempatan mendengar, menyimak, lalu membuka cakrawala ilmuNya lewat para guru yang mulia. Karena di luar sana ada berjuta malaikat kecil seperti mereka tak pernah kenal arti sekolah, tak pernah punya setumpuk buku untuk di baca, tak pernah bisa berselancar dunia maya untuk mencari kabar berita, walau interner sudah dimana-mana.
Dan untuk mereka di luar sana, yang punya kelebihan luar biasa namun tak kuasa bercita-cita karena satu kata : BIAYA. Aku ingin berikan selaksa do’a dan pengharapan. Membantu mereka semampuku agar mereka dapat merajut mimpi baru, meski dengan jalan yang lain,, tanpa sekolah, tanpa ijazah. Aku ingin membimbing mereka agar terus bersemangat menatap masa depan.
Aku ingin meyakinkan semua, bahwa tak pernah ada anak yang terlahir dengan label NAKAL. Setiap anak terlahir polos, dan suci seperti selembar kertas putih. Tergantung bagaimana mewarnainya, menggambarinya.
Namun aku ingin berusaha menorehkan warna-warna terbaik pada mereka, warna paling ceria yang pernah ada. Agar mereka dapat bersuka cita menghadapi dunia, dengan bekal ilmu dan cita-cita.
Aku ingin jadi sahabat mereka yang setia mengiringi kesuksesan mereka. Aku ingin melihat mereka memeluk mimpi-mimpinya. Jadi dokter, ahli kimia, ahli fisika ataupun yang lainnya. Walaupun mungkin aku tak akan pernah mengajarinya matematika atau yang lainnya. Aku ingin mengajari mereka membaca!. Belajar membaca setiap kejadian yang ada dengan respon terbaik, dengan tata cara seorang pejuang ilmu yang sejati.
Mungkin terdengar begitu muluk, tapi jika kita masih boleh bermimpi maka pilihlah yang paling baik. Lalu buatlah ia menjadi nyata dengan cara terbaik pula.


NurLatifah 1715096170
MPA Jurusab BIMBINGAN DAN KONSELING 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar