Pages

Ads 468x60px

Labels

Sabtu, 30 Juli 2011

Wajah Pendidikan Indonesia (created on July 2009)

WAJAH PENDIDIKAN DI INDONESIA


Bila kita mendengar kata pendidikan, maka akan identik dengan sekolah, kuliah, guru, siswa, mahasiswa dan yang lainnya, ilmu, belajar, pembangunan akhlakul kharimah dan yang lainnya. Semuanya mungkin tentang pembangunan generasi muda, calon pemimpin bangsa kelak. Walau dalam Islam hukum mencari pendidikan itu wajib bagi semuanya, tua, muda, kanak-kanak, dari lahir sampai liang lahat.

Mari kita tengok ke dalam Negeri, bagaimana wajah pendidikan kita?.

Di Indonesia sendiri setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, sebagaimana yang telah di atur oleh Undang-undang dasar 45. Namun apakah sudah semua anak bangsa telah mendapatkan haknya?. Ternyata masih banyak dari kita yang tak bisa dengan leluasa menikmati pendidikan. Banyak diantara kita yang mengalah pada nasib, lebih memilih bekerja untuk meredakan suara perut, menyambung hidup dengan nasi. Maka alangkah naifnya kita yang telah di beri kesempatan ini menyia-nyiakannya, bermalas-malasan, setengah hati mencari ilmu. Walau kita tahu, nasib bangsa di masa depan di tentukan oleh kita. Generasi muda bangsa.

Masalah pendidikan di Indonesia pun tidak berhenti hanya kepada masalah kesempatan-masalah biaya, tapi juga masalah para pelaksana pendidikan itu sendiri. Siapa mereka itu?
Mereka adalah pemerintah, sebagai penyelenggara dan penanggungjawab pendidikan bangsa, lalu para tenaga pendidik, dan peserta didik. Ketiga komponen ini haruus saling bersinergi, mendukung satu sama lain agar tercipta pendidikan yang baik, bermutu dan dapat di nikmati oleh semua kalangan.

Pemerintah sebagai penanggung jawab dari penyelenggaraan pendidikan, motor pertama pembuat kebijakan pendidikan, sudah selayaknya melakukan terobosan baru bagi dunia pendidika. Karena pendidikan merupakan sesuatu yang dinamis, berkembang sesuai dengan zamannya. Pendidikan dan masalah birokrasi adalah bagaikan dua mata pisau yang tak bisa di satukan, seringkali pendidikan menjadi tersendat karena masalah birokrasi, terutama mengenai masalah infrastruktur pendidikan, baik itu fisik maupun non fisik. Mungkin bagi sekolah yang letaknya dekat dengan pusat pemerintahan, bukan merupakan hal yang sulit untuk meminta kelengkapan fasilitas, ataupun dana, memperbaharui isu-isu pendidikan terbaru, atau yang lainnya. Tapi bayangkan dengan sekolah yang terletak di pedalaman, di pedesaan, yang belum tersentuh peradaban baru, bagi mereka bisa mendapat pendidikan saja adalah suatu hal yang sangat istimewa. Pemerintah juga bertanggungjawab terhadap kesejahteraan para pendidik, yang seharusnya tidak berdasarkan status (baca : PNS-NON PNS). Banyak tenaga pendidik di Negara ini yang tak bergelar sarjana, tapi nmereka menagbdi dengan sepenuh hati kepada pertiwi, menjalankan tugasnya, bahkan tanpa memikirkan bayaran atas profesinya .

Tenaga pendidik juga memliki peran yang tak kalah vitalnya dalam pendidikan. Guru tak hanya berperan sebagai pentransfer segala ilmu pengetahuan kepada siswanya, tapi juga Guru sebagai role mode, teladan bagi para siswanya. Semua ini akan berjalan dengan selaras dan seimbang apabila kita memiliki para tenaga pendidik yang berkualitas, yang memberikan totalitas pengabdiannya kepada Negara. Lagi-lagi pemerintah juga ambil peranan dalam masalah ini. Untuk menciptakan SDA yang berkualitas di perlukan sokongan dana, pelatihan-pelatihan untuk menambah keprofesinalismean mereka, jaminan kesejahteraan, dan jaminan ketenangan profesi, hal ini menjadi penting, karena dalam menjalankan tugasnya seorang guru memerlukan situasi yang kondusif, bebas dari tekanan dan interensi pihak-pihak yang mempunyai tujuan lain.

Peserta didik, merupakan komponen terpenting dari pendidikan. Merekalah objek penerima ilmu pengetahuan dari para tenaga pendidik, merekalah penerima kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Tapi, apa hanya sampai di situ peran seorang siswa dalam pendidikan? Diam, menyimak, mendengarkan, lalu menelan mentah-mentah apa yang mereka dapatkan dari sekolah, tanpa berfikir lagi guna dan manfaat bagi kehidupannya kelak. Banyak generasi muda kita yang pintar, yang berotak cerdas, namun banyak juga yang menjadi celaka dengan kecerdasannya. Menggunakan kepintaran yang mereaka punya untuk hal-hal yang merugikan masyarakat sekitarnya, melakukan tindakan criminal dan lain sebagainya. Hal ini laha yang akan terus terjadi apabila para peserta didik hanya berperan sebagai penerima, selayaknya mereka juga di libatkan secara aktif dalam pendidikan, sudah tak zaman lagi bila guru saja yang terus aktif bercerita, di perlukan juga partisipasi para siswa, misalkan dengan bertanya pada pelajaran yang tidak mengerti, berani menevaluasi kinerja gurunya muda sarat agar berubah menjadi lebih baik lagi.
Pada akhirnya, kita semua berharap agar tercipta pendidikan yang baik di Indonesia tercinta ini, pendidikan yang bermutu, yang akan menghasilkan generasi muda berkualitas.













PERENCANAAN HIDUP DALAM 5 TAHUN KE DEPAN
( Insya Allah jika masih di beri umur oleh Allah  )


Nama saya Nurlatifah, terlahir di karawang 13 juli 1991. Akan membuat perencanaan hidup saya dalam 5 tahun ke depan (insya Allah jika saya masih di beri kesempatan hidup di dunia) semenjak saya di terima di UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA pada tahun akademik 2009/2010 fakultas Ilmu pendidikan, jurusan Bimbingan dan Konseling. Adapun perencanaan hidup saya adalah sebagai berikut :
1. Menyelesaikan masa perkulahan saya dengan tepat waktu, selambatnya dalam jangka waktu 5 tahun.
2. Mengikuti kegiatan atau organisasi kemahasiswaan untuk melatih, mengembangkan, dan mengasah kemampuan saya, dan jiwa kepemimpinan saya.
3. Mengikuti kegiatan keagamaan, kajian-kajian ilmu agar dapat menambah keimanan dan pengetahuan agama saya.
4. Bila telah menyelesaikan pendidikan di Bimbingan Konseling UNJ, kelak saya ingin menjadi guru BK yang asyik sehingga bisa dekat dengan para murid agar mereka tidak segan bercerita tentang masalahnya kepada saya.
5. Ingin mengikuti organisasi kepenulisan atau bahasa untuk menyalurkan hobi saya dalam bidang sastra, dan bahasa.
6. Jika telah menyelesaikan studi, saya ingin lanjut S2 bila ada kesempatan, dan biaya.





AKU DAN MASA DEPAN PENDIDKAN INDONESIA
Aku ingin menjadi bagian dari pendidikan Indonesia. Menjadi penyemangat bagi putra-putri bangsa, agar terus berkarya, terus bercita-cita.
Aku ingin berusaha meyakinkan mereka, agar mau terus belajar, menjadi para pejuang ilmu pengetahuan. Aku ingin selalu ada untuk mereka yang kadang merasa kalah oleh masalahnya, di pandang tak ada oleh kawannya saat melakukan hal-hal di luar norma yang ada.
Aku ingin menjadi orang pertama yang tersenyum saat anak muridku berhasil kelak. Saat mereka dapat menuntut ilmu tanpa aral derita. Walau sungguhpun, hidup itu tak pernah habis masalahnya.
Tapi setidaknya aku ingin terus memasang telingaku dengan seksama, mendengar setiap kesah mereka, dan kemudian berusaha mengajaknya bersyukur atas apa yang mereka punya.
Bersyukur bahwa mereka termasuk anak bangsa yang beruntung bisa berseragam sekolah setiap hari, masih berkesempatan mendengar, menyimak, lalu membuka cakrawala ilmuNya lewat para guru yang mulia. Karena di luar sana ada berjuta malaikat kecil seperti mereka tak pernah kenal arti sekolah, tak pernah punya setumpuk buku untuk di baca, tak pernah bisa berselancar dunia maya untuk mencari kabar berita, walau interner sudah dimana-mana.
Dan untuk mereka di luar sana, yang punya kelebihan luar biasa namun tak kuasa bercita-cita karena satu kata : BIAYA. Aku ingin berikan selaksa do’a dan pengharapan. Membantu mereka semampuku agar mereka dapat merajut mimpi baru, meski dengan jalan yang lain,, tanpa sekolah, tanpa ijazah. Aku ingin membimbing mereka agar terus bersemangat menatap masa depan.
Aku ingin meyakinkan semua, bahwa tak pernah ada anak yang terlahir dengan label NAKAL. Setiap anak terlahir polos, dan suci seperti selembar kertas putih. Tergantung bagaimana mewarnainya, menggambarinya.
Namun aku ingin berusaha menorehkan warna-warna terbaik pada mereka, warna paling ceria yang pernah ada. Agar mereka dapat bersuka cita menghadapi dunia, dengan bekal ilmu dan cita-cita.
Aku ingin jadi sahabat mereka yang setia mengiringi kesuksesan mereka. Aku ingin melihat mereka memeluk mimpi-mimpinya. Jadi dokter, ahli kimia, ahli fisika ataupun yang lainnya. Walaupun mungkin aku tak akan pernah mengajarinya matematika atau yang lainnya. Aku ingin mengajari mereka membaca!. Belajar membaca setiap kejadian yang ada dengan respon terbaik, dengan tata cara seorang pejuang ilmu yang sejati.
Mungkin terdengar begitu muluk, tapi jika kita masih boleh bermimpi maka pilihlah yang paling baik. Lalu buatlah ia menjadi nyata dengan cara terbaik pula.


NurLatifah 1715096170
MPA Jurusab BIMBINGAN DAN KONSELING 2009

Remember this? Penugasan MPA tahun 2009. Sekarang, gw udah semester 5. Udah tua !

PERAN GURU PEMBIMBING BAGI SISWA
Peran adalah tingkah laku yang dipentaskan individu berkenaan dengan kedudukan atau statusnya. Peranan merupakan aspek dinamis dari status. Jika seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya.
Pengertian keberhasilan pada konteks tulisan ini diukur dengan angka yang diperoleh siswa pada setiap mata pelajaran yang tercantum di raport siswa, atau sekurang-kurangnya angka yang diperoleh siswa dari evaluasi/ulangan dan ujian. Kurang dari angka 6 (enam) tidak berhasil, antara 6 – 7,9 mendapat predikat penilaian cukup, dan 8 (delapan) ke atas baik atau berhasil. Angka 6 (enam) pada umumnya diletakkan sebagai ”batas” atau ukuran berhasil dan tidak berhasil.
Gagal dipahami sebagai tidak berhasilnya siswa mencapai angka/nilai minimal yang menggambarkan pencapaian kompetensi tertentu sebagai standar untuk naik kelas atau lulus. (polldaddy poll=1743372)
Siswa adalah peserta didik/subyek didik pada sekolah formal pada jenjang tertentu, misalnya SD, SMP, SMU dll.
Secara gampangnya tulisan ini hendak mendeskripsikan seberapa besar peran seorang guru dalam ikut andil mempengaruhi siswa mencapai keberhasilannya. Berhasil dan gagal (terbatas) diukur dari nilai angka siswa pada rapor, yang menentukan naik/lulus tidaknya siswa itu. Besaran peran guru dimaksud dicoba untuk dikwantifikasi (diangkakan secara numerik statistik) meski sangat sulit mencapai tingkat generalisasi konklusi yang presisi bulat utuh dan dapat dianggap mewakili peran guru.
Dalam peng-angkaan untuk mencapai besaran prosentase peran guru, diandaikan bahwa setiap guru telah menjalankan semua peranannya. Semua komponen yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan siswa, seperti orangtua siswa/rumah tangga, mastarakat lingkungan, juga menjalankan perannya dengan baik. Alokasi waktu yang menjadi domain masing-masing dikwantifikasi.
PERANAN GURU
Dalam bukunya BURUNG BERKICAU Anthony de Mello menulis pengandaian sebagai berikut:
Seorang murid mengeluh kepada Gurunya
’Bapak menuturkan banyak cerita, Tetapi tidak pernah
Menerangkan maknanya kepada kami’
Jawab sang Guru:
’Bagaimana pendapatmu, Nak,
Andaikan seorang menawarkan
Buah kepadamu, namun

Mengunyahkannya dahulu
Bagimu?’
Dari perumpamaan de Mello dipahami bahwa peran seorang guru bukanlah penentu dan ada batas-batasnya. Batas itu dibahasakan sebagai peran menawarkan buah (baca=menyampaikan, menerangkan/menjelaskan materi ajar yang tentunya dengan berbagai methode dan media), namun tetaplah murid yang ”mengunyahnya” (subyek belajar). Pada teori belajar modern yang memberikan banyak peran pada siswa sebagai subyek belajar secara lebih luas, maka guru memposisikan dirinya sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi kebutuhan belajar muridnya.


Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak.
Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau menjadi contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (learner). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan yang baru yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.

Komentar dari artikel ini :
Menurut saya artikel ini sangat jelas sekali menjelaskan tentang peran guru pembimbing siswa. Menjadi seorang guru bukan hanya sebatas profesi yang di jalankan begitu saja, lalu menerima bayaran dari Negara. Tugas seorang guru lebih dari itu, yaitu sebagai seorang pendidik pastinya, seorang guru bukan hanya berperan sebagai sosok pentransfer ilmu pengetahuan, bukan hanya mengajar dan membuka cakrawala siswa tentang semesta ilmu. Namun juga bagaimana mengarahkan siswa untuk menjadi sosok yang berkepribadian yang baik, mampu mempertanggungjawabkan ilmu-ilmu yang dia dapatkan untuk kebaikan. Dan hal itu bisa tercipta bila ia memiliki seorang guru yang mau mendidiknya, mengarahkannya, layaknya seorang Ayah kepada anaknya, layaknya seorang Ibu kepada putrinya. Kemudian, guru juga berperan sebagai role mode dari murid-mridnya. Segala tingkah laku guru akan di tiru oleh muridnya, maka sudah selayaknya bila kita mencontohkan hal-hal menerapkan nilai-nilai tersebut di kehidupan kita pula. Peran guru sebagai pembimbing, jelas sekali bahwa seorang guru bertanggungjawab atas akhlak dan perilaku muridnya, khususnya ketika di lingkungan sekolah, bahkan di rumah. Namun tak jarang kita dapati, adakalanya guru pembimbing di sekolah justru berubah menjadi seorang guru penghukum. Setiap ada masalah penyimpangan perilaku pada murid, maka di langsung saja melimpahkan kesalahan pada muridnya, dan mengabaikan aspek-aspek penting lainnya, seperti :
• Sisi psikologis siswa yang terkena masalah.
• Kelanjutan masalah yang ada, karena suatu masalah tak akan selesai dengan kemarahan, apalagi kekerasan.
• Nilai moral seorang guru, jika seorang guru pembimbing melakukan hal ini berulang-ulang maka jangan di salahkan jika para siswa memberikan pelabelan yang negative terhadap guru pembimbing, misalnya : guru penghukum, guru killer atau lain sebagainya.
Terakhir mengenai peran guru sebagai komunikator, seorang guru apalagi guru pembimbing
harus bisa berkomunikasi dengan baik pada para murid, orangtua ataupun sesama guru yang lainnya, harus belajar mengatasi masalah dengan melakukan berbagai pendekatan persuasive terlebih terhadap siswa yang sedang bermasalah Sekian pendapat dari saya

Bersukur (cerita anak)

Di ceritakan di sebuah hutan yang lebat hiduplah seekor burung gagak yang kulitnya hitam pekat bernama Gagas. Di hutan itu gagas tinggal bersama kelompok gagak hitam lainnya, namun ia lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain bersama para merpati putih yang indah dan cantik bulunya serta merdu suaranya. Suatu hari saat gagas tengah asik bermain bersama para merpati, ia merenungi keadaan dirinya yang berbeda dengan para merpati tersebut. Ia bergumam dalam hatinya mengapa ia tak secantik para merpati, mengapa bulu di sekujur tubuhnya berwarna hitam pekat, ia merasa sebagai hewan paling buruk rupa di hutan itu.

Beberapa hari kemudian Gagas masih terlihat murung, ia malas keluar sarang dan tak mau lagi bermain bersama para merpati, ia malu mempunyai bulu yang tak secantik merpati, ia sedih karena para hewan jantan tak pernah ada yang memperhatikannya. Gagas terpuruk dalam kesedihannya sendiri, banyak waktu yang ia habiskan untuk menyendiri sampai para keluarga gagak mulai mengkhawatirkan keadaannya. Gagas merasa bahwa ia tak punya guna sama sekali, sudah hitam, suaraku jelek lagi, ah, apa gunanya aku hidup. Tuhan, kenapa aku diciptakan menjadi seekor gagak? Mengapa tak Kau jadikan aku seperti merpati yang cantik?.

Gagas terus saja menyalahkan dirinya sendiri dan mulai menggugat takdir Tuhan atasnya, astagfirulloh gagas.
Suatu malam, Pak Gekgek, ayah Gagas mengajaknya mencari makanan kesekitar hutan. Mereka hendak mengumpulkan makanan untuk musim dingin yang sebentar lagi akan tiba. Setelah tiba didalam hutan maka Gagas dan Ayah Gekgek pun bergegas mengumpulkan berbagai makanan yang mereka temui disana. Ada buah-buahan, kacang kenari, dan banyak lagi yang lain. Dalam perjalanan pulang menuju sarang, tiba-tiba mereka di kejutkan oleh teriakan keluarga merpati yang ternyata sarang mereka di ranting bawah pohon ceri tengah diobrak-abrik oleh rombongan Tupai pencuri. Sontak Gagas dan Ayah Gekgek yang tengah terbang menembus kegelapan malam menjadi terkejut melihat kejadian tersebut, sejenak mereka berdua terdian ketakutan dan mulai beringsut ke semak perdu untuk bersembunyi. Tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepala gagas untuk dapat mengusir para Tupai pencuri tersebut, Gagas berteriak sangat kencang sampai mengagetkan kawanan Tupai pencuri yang kemudian lari terbirit-birit kesarangnya.
Para Tupai pun ketakutan mendengar teriakan Gagas, namun mereka tidak dapat mengetahi darimana sumber teriakan barusan. Mereka menyangka bahwa yang berteriak tadi adalah setan.

Lalu kemanakah Gagas? Ternyata gelap malam mampu menyamarkan keberadaannya yang berbulu hitam pekat, sehingga ia mampu berteriak kencang dan mengagetkan pencuri tanpa diketahui oleh mereka.
Pada akhirnya keluarga merpati pun selamat dari gangguan kawanan Tupai pencuri. Keluarga merpati sangat berterimakasih kepada Gagas dan Ayah Gekgek yang telah membantu mengusir Tupai pencuri dari sarang mereka. Sejak saat itulah Gagas jadi tahu alasan mengapa Tuhan memberikannya bulu yang hitam pekat, mengapa Tuhan membuat suaranya parau dan tak semerdu merpati...

***

Seringkali kita merasa iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain dan lupa bahwa kita sendiri memiliki kelebihan yang luar biasa. Kita kadang.menjadi terlalu fokus untuk membanding-bandingkan kekurangan yang kta miliki dengan kelebihan yang dimiliki orang lain. Pernah kita merenungi bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, yang pada intinya adalah bagaiman cara merubah suatu kekurangan menjadi suatu kelebihan. Bagaimana caranya agar kita bisa lebih mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan.

Belajar Ukhuwah dari seorang Salim

kubaca firman persaudaraan


ketika kubaca firmanNya, “sungguh tiap mukmin bersaudara”

aku tahu, ukhuwah tak perlu diperjuangkan


tak perlu, karena ia hanyalah akibat dari iman

aku ingat pertemuan pertama kita,

dalam dua detik, dua detik saja

aku telah merasakan perkenalan, bahkan kesepakatan

itulah ruh-ruh kita yang saling sapa, berpeluk mesra

dengan iman yang menyala, mereka telah mufakat

meski lisan belum saling sebut nama, dan tangan belum berjabat

ya, kubaca lagi firmanNya, “sungguh tiap mukmin bersaudara”

aku makin tahu, persaudaraan tak perlu diperjuangkan

karena saat ikatan melemah, saat keakraban kita merapuh

saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan

saat pemberian bagai bara api, dan saat kebaikan justru melukai

aku tahu, yang rombeng bukanlah ukhuwah kita

hanya iman-iman kita yang sedang sakit, atau menjerit

mungkin dua-duanya, mungkin kau saja

tentu terlebih sering, imankulah yang compang-camping

kubaca firman persaudaraan itu,

dan aku makin tahu,mengapa di kala lain diancamkan;

“para kekasih pada hari itu, sebagian menjadi musuh sebagian yang lain..

kecuali orang-orang yang bertaqwa”


*Uhibbukum fillah, semua saudaraku..

Mba Ony says: Semua orang yang mmperkenalkan, yang mendekatkan ipeh sama Allah dan rasulnya adalah teman-teman sejati ipeh.

:)

memiliki yang tidak ku miliki

“Ketika kita melihat cahaya bintang berkelap-kelip, bintang yang sebenarnya telah menghilang..
Ketika cahaya tersebut telah menempuh satu juta tahun cahaya perjalanan dalam ruang, bintang tersebut memudar meninggalkan cahayanya..
Ini seperti cinta yang telah hilang, ketika kita menyadari betapa berharganya itu.. (Hearming Film- 2007)”

Menyadari bahwa sesuatu yang sempat atau pernah kita miliki begitu penting dan berharga tak jarang baru kita lakukan setelah sesuatu itu pergi meninggalkan kita. Selanjutnya hanya penyesalan dan perandai-andaian bisa memutar waktu untuk dapat memperbaiki segala. Saat kita tak sempat berbakti pada orangtua sementara mereka telah lebih dahulu dipanggil ke haribaanNya, atau kita tak sempat meminta maaf atas segala kesalahan dan luka yang kita toreh di hati para sahabat kita sementara perpisahan selalu tak bisa terelakkan..
Waktu memang tak pernah bisa ditawar, detiknya tak akan bisa ditunda meski kita memohon setengah mati. Dan cinta memang tak selamanya bisa terindra, terbaca, dan terlafalkan..
Setidaknya biarkan cinta itu bekerja memenuhi deru hidup kita, biarkan ia menjelma dalam tiap laku kita. Jika terlampau sulit cinta itu diucapkan, lakukan saja. Berikan hal-hal terbaik untuk orang-orang yang kita cintai, lakukan sepenuh hati, sebesar cinta.. karena kita tak pernah tahu apakah hari ini adalah pertemuan terakhir dengan orangtua kita, pertemuan terakhir dengan sahabat-sahabat kita. Tak ada yang tahu jika hari ini mungkin adalah hari terakhir kita diizinkan menghirup udara, kesempatan terkahir untuk memandang matahari, melepas tawa dan canda, tak pernah ada yang tahu...
Hidup seorang manusia adalah siklus yang tak bisa kita rubah, tatanannya telah digariskan dengan begitu cermat di lauhul Mahfud nya. Tiada, ada dan kembali tiada..
Jika kelahiran diibaratkan stasiun awal kehidupan, maka isi kehidupan adalah kereta yang akan singgah di stasiun-stasiun kehidupan yang harus kita lewati. Laksana suatu perjalanan panjang maka akan ada banyak hal menarik yang akan kita temui. Kita akan bertemu banyak orang hilir mudik datang dan pergi dalam kereta kehidupan kita. Ada yang berhenti duluan, ada yang setelah kita..
Ada orang-orang yang membuat kita menarik senyum simpul, ada juga yang membuat kita bergemuruh marah. Aneka ragam di kereta kehidupan. Lalu satu persatu mereka datang dan pergi, dan memang harusnya seperti itu. Hidup akan selalu berputar arahnya, akan ada orang yang datang dan pergi dalam hidup. Masing-masing menggoreskan warna tersendiri dalam kanvas hidup. Aneka warna dan rupa. Itulah fungsi mereka, memberi warna kehidupan. Berterima kasihlah pada mereka yang telah sudi masuk ke dalam kehidupan kita, terima kasih karena telah membantu membuat hidup kita tak hanya sekedar hitam dan putih...

Sekali lagi, biarkan cinta bekerja. Biarkan ia menjadi kekuatan yang membadai untuk menguatkan orang-orang yang kita cintai. Karena cinta itu menumbuhkan. Menumbuhkan kualitas orang yang kita cintai. Jikalau orang yang kita cinta pergi meninggalkan kita, berhusnudzonlah ia akan menemukan cinta yang lebih baik selain dari cinta yang kita berikan; Cinta dari Sang Maha Cinta..
Kembangkan cinta yang kita miliki sekarang, biarkan ia menjadi cinta-cinta lain yang akan mampu mengajarkan kebaikan cinta pada yang lain pula...

Memiliki yang tidak dimiliki. Innalillahi wainnailaihi roojiun.
Ya Rabb, ku tahu saat terlahir aku tak membawa apa-apa. Maka ingatkanku jika aku begitu egois dan tak bisa menerima saat Engkau mengambil apa-apa dariku yang kesemuanya memang mutlak milikMu Ya Rohmaan...

Latifah Mahfudz – 26072011-

Kambuh, azzam, dan cinta Bapake

Lagi, paru-paru ku tak bisa menyerap udara dengan sempurna. Ia megap-megap semalaman ini. Ditemani batuk yang suaranya nyaring tak terkira, sudah ku coba untuk menahan agar suaranya tak membangunkan seisi rumah. Namun nampaknya usahaku sia-sia. Batuk malah makin merajalela.
Aku pun beranjak dari kamar menuju dapur mencari seteguk air untuk membasahi tenggorokanku yang mulai perih, oh saat bangun baru kusadari ternyata badanku lemas dan kepala pun memberat. Ku raba dahiku, hangat. Keputusanku untuk tidur lebih cepat ternyata memang tepat, badanku ngehang setelah seharian di kampus dan melewatkan makan nasi seharian. Kebiasaan buruk anak kosan. Saat menuju dapur, mataku tertumbuk pada satu bungkus mungil obat batuk cair rasa jahe. Oaalahhh, menggoda sekali. Pasti tenggorokanku akan langsung menghangat. Eiitsss, tapi aku harus menahan diri, yang kubutuhkan bukan obat itu, tapi obat sebenarnya. Aku sudah berazzam untuk menghentikan konsumsi obat-obatan kimiawi, walau belum bisa maksimal tapi setidaknya aku akan terus berusaha.

Glek-glek... 2 gelas air putih hangat mengaliri tenggorokanku yang semakin perih. Alhamdulillah nikmatnya air putih. Aku masih meresapi rasa-rasa air itu sambil duduk di tangga rumah. Dadaku masih sesak, udara belum bisa mengalir maksimal. Terbayang biasanya aku selalu punya stok obat kimia di dompet kalau-kalau anfal seperti ini dan tak ragu meminum 1 sampai 3 tablet kalau perlu, astagfirulloh.
Bronhitis akut selalu datang membayang kalau badanku sudah kelewat capek, kebanyakan kena angin malam, stress dan dalam keadaan tertekan. Dan aku kecapekan hari ini. Tadi sore aku berdiri di bis antara kampus pasar rebo, berdesakan diantara himpitan bapak-bapak berbadan bau, sungguh tak sehat.
Aku pun beringsut ke arah kulkas, dan meraih sebotol madu murni di atas kulkas. Ku tuang satu sendok makan dan kucampur dengan beberapa tetes minyak herba jawi (produk HPA), bismillah ku tenggak langsung dan aroma minyak herba jawi yang memang cukup ga banget (bau) mulai menyeruak di langit-langit mulutku. Sontak otakku siaga mengirimkan sinyal mual ke perut. Tahan va.. tahan..
Alhamdulillah cessss,, rasa perih tenggorokankku mulai berangsur hilang. Dan perutku mulai nyaman terkena efek madu. Yup, peminuman antibiotik alami pun selesai. Ritual malam belum selesai, aku pun mengambil beberapa tablet omega 3. Bismillah, semoga badanku kuat esok hari. Jam menunjukan pukul 11.35 malam, hampir tengah malam dan aku belum tidur juga. Aku pun kembali ke kamar dengan niatan merebahkan diri kembali di kasur. Apatah daya, ga bisa tidur ternyata. Kontemplasi pun dimulai.
Sesak ini mengajarkanku akan rasa syukur saat sehatku. Ku tahu aku terlalu sombong untuk sering merampas hak tubuhku untuk beristirahat. Kerapkali seharian dengan bermacam kegiatan di kampus dan malam aku selalu sok sibuk nonton film, baca sampai larut atau apalah. Dzolim sekali sama badanku.


Pagi hari menjelang, batuk-batuk masih bersisa, lepas subuhan aku tidur lagi ga kuat badanku masih lemas..
Jam 7 pagi aku terbangun, rumah sudah mulai lengang. Yup kaka dan mbak ku sudah berangkat ke kantor. Bapake masuk kamar serta langsung berkata: ayo cepat sana mandi, ke dokter terus buat rujukan ke rumah sakit. Kontrol sama dokter paru. Aku hanya ber iya,, iya saja. Siapa yang mau pagi-pagi di suruh ke rumah sakit?. Rusaknya salah satu motor di rumah menyelamatkanku dari rumah sakit pagi ini. Tak ada motor lagi, semuanya habis di bawa kaka, bapak dan mbaku. Yes.
Hikmah kekambuhanku malam dan pagi ini, Aku jadi tahu bahwa bapake sangat mengkhawatirkan keadaanku. Beliau tahu jika sudah kambuh begini berarti badanku sudah benar-benar ga OK. Mungkin beliau lupa tentang azzamnya yang ga mau ke dokter lagi, saking khawatirnya padaku. Hehe

Sabtu, 23 Juli 2011

My Book Lists :)

MY BOOK LIST

1. Easy Going No way. Penulis: Izzatul Jannah
2. Pahami dulu baru lawan. Seri lawan korupsi KPK
3. Memahami untuk membasmi. Penulis KPK
4. Remaja Rindu Ilahi. Penulis: Muhammad Shodiq
5. An Inspirational Book Mestakung The Secret. Penulis: Prof. Yohanes Surya
6. Siapa Bilang aku lemah. Penulis: Aminuddin
7. The Power of wisdom, Kitab hikmah buah keimanan. Penulis: Nurrahman Effendi
8. Ketika cinta berbuah surga. Penulis: Habiburrahman El Shirrazy
9. 400 Hadist pilihan. Penulis: Muslih Sabir
10. Pembimbing ke arah alam filsafat. Penulis: Prof. I.R. Poedjawidjaya
11. Annida buku sakti nulis fiksi. Penulis: Annida Press
12. Kecerdasan Identitas. Penulis: Arthur F. Carmazzi
13. Bahasa Indonesia. Penulis: MKU UNJ
14. Bimbingan dan Konseling Pola 17. Penulis: Dr. Soeparman
15. Kiat mengendalikan pikiran& bebas stress. Penulis: MK gupta
16. Psikologi for beginners. Penulis: Nigel C
17. Focus Group Counseling. Penulis: Jacob
18. BK & berbagai masalah kehidupan. Penulis: Prof. DR. DR. Dr. Theodorus Imannuel Setiawan
19. Realibilitas dan Validitas. Penulis: Saliudin Azwar
20. Psikologi Komunikasi. Penulis: Drs. Jalaludin Rakhmat
21. Psikologi umum dan perkembangan Penulis: Akyas Azhari
22. Life span Development Jilid I.
23. Psikologi Perkembangan. Penulis: John Santrock
24. Mom & Me. Penulis: Adzimatinnur Siregar & Pipiet Senja
25. Psikologi kepribadian Freudianisme. Penulis: Drs. Fudyartanta
26. Segelas Beras Untuk berdua. Penulis: Kompas Gramedia
27. Agar Bidadari Cemburu Padamu. Penulis: Salim A Fillah
28. Hidup lebih hidup. Penulis: Dar Mizan
29. Bidadari-bidadari Surga. Penulis: Tere Liye
30. The Power of Shalat. Penulis: MQ. Publishing
31. Secangkir Bintang Antalogi Puisi. Penulis: Sinta Ridwan
32. Berteman dengan kematian. Penulis: Sinta Ridwan
33. The Power of NO. Kekuatan berkata tidak. Penulis: William Uri
34. Asesmen Teknik Tes. Penulis: Dra. Gantina Komalasari M,Psi
35. Teori dan teknik konseling. Penulis: Eka Wahyuni, S,pd. MAAPD
36. Hanya Fathimah Bunga Nan Jadi Bunda Ayahnya. Penulis: Iman Publishing
37. Models of teaching edisi ke delapan. Penulis: Bruce Joyce
38. Using Reality Teraphy. (terapi realita)
39. Konseling dan Psikoterapi edisi ke dua. Penulis: Gerald Correy
40. Bimbingan dan konseling kelompok: UM Malang Press
41. Landasan-Landasan BK: UPI Press
42. Water Detox. Penulis: Jane Scrivner
43. Baghdad Beauty School
44. Pendidikan untuk Kaum tertindas. Penulis: Paulo Freire
45. Sekolah Bukan untuk bekerja
46. The Power of Ikhlas. Penulis: Abu Muhammad Bin Saad
47. Sang Penjelajah Dunia. Penulis: Republika Press
48. Nalar dan Naluri, kumpulan essai peringatan 70 Tahun Daoed Jusuf.
49. Accelerated Learning
50. Cewek Buka-bukaan Penulis: Dar Mizan!
51. Tafsir Al Misbah. Penulis: Quraisy Shihab
52. Tafsir Jalalain jilid I dan II
53. Harus Bisa. Penulis: SBY
54. Pilkada Di Negeri Antah Berantah
55. Panorama Filsafat
56. Evaluasi Pendidikan
57. Psikologi Perkembangan Penulis: Papalia
58. Studi Kasus
59. Ayat-ayat Cinta
60. Pudarnya Pesona Cleopatra (ebook)
61. Harry Potter and The order of phoenix (ebook)
62. Harry potter 6 (ebook)
63. Semua tentang cowok
64. Little Prince (ebook)
65. My sister’s keeper (ebook)
66. Laskar Pelangi (ebook)
67. Bidadari untuk Ikhwan (ebook)
68. Onesaan no jijou (komik ebook)
69. Komik Dear Wolf (ebook)
70. Sang Pemimpi (ebook)
71. Toto Chan (ebook)
72. Leader Ship Penulis: John Maxwell


Yang mau baca monggo message, wall atau sms.
Atau yang mau berkunjung ke perpustakaan saya di rumah. Silakan datang ke Perpustakaan Arwana, Jl. Gang Pesantren Nihayatul Amal. Rawamerta- Karawang 

STOP GALAU

Lalu semuanya menjadi GALAU.

peh, gue Galau.. tolooong.

Tau neh, lagi galau gue.

Sumpah galau gila gue.

***

Tiba-tiba semuanya menjadi begitu mudah menjadi galau. Bangga dengan kegalauannya, dan senang memamerkan kegalauannya. Entah siapa yang memulainya, tapi Galau kini menjadi begitu fenomenal. Pacar ga bales sms galau, ga punya uang galau, lagi kuliah galau, baca fb orang galau, dicuekin temen galau. Semuanya serba galau. Oalaah, ono opo dengan galau?. Kok kayaknya semua orang senang menjadi galau. Apakah ini menjadi tren tersendiri, sampe ada akun twitter @radiogalaufm dg profil: Ga galau, ga gaul.
Gue sendiri sampe ngetweet sebenernya galau itu apah????. Sejak kapan galau menjadi kosakata yang ngehits banget disuarakan sama para remaja saat ini. Yang gue tau sih galau nasyidnya suara persaudaraan yang sering diputer tante gue dulu.. hehe
Kayaknya galau menjadi tren yang menyimpang saat ini, yaiyalah menyimpang. Moso diasosiakan dengan kegaulan. Aneh banget khan!.

Actually yaa, galau itu kan salah satu nama perasaan yang kurang menyenangkan. Saat dimana kita sedang berada dikeadaan bingung memutuskan sesuatu yang penting. Berada di suatu kondisi yang kurang nyaman kok yah malah dinikmati. Malah sampe ada abege yang bilang: " Lagi galau? yaudah nikmati saja kegalauannya, asik juga kan galau!".

Kalu kita semua dikit-dikit galau, apa iya kita mau jadi generasi galauers. Mau makan galau milih lauk apa (cape deh!). Mau spend time buat apa galau. Makkkjaaaang.

Yah, bukannya tak pernah lah diriku galau. Tapi yah ga harus selalu diumbar lah. Baiknya jadikan kegalauan yang menimpa kita sebagai sarana untuk melatih kecepatan dan ketepatan kita dalam memutuskan sesuatu. Jangan malah seneng lama-lama galau. Just MOVE ON and TAKE Action. Kalau galau selese terus move on tapi ga ngelangkah ke next step mah,, atuh apa bedanya??.

Ini beberapa tips penghalau galau ala chef ipehqueen (halaaah):

1. Cari tahu buru-buru sumber kegalauanmu, lalu selesaikan. Misal nih, galau karena laper yaudah buru-buru makan.

2. jangan mau berlarut-larut. Cari suasana lain jangan terus terpaku sama sumber kegalauan lo. Misal, lo galau kalo ngeliat mantan cengengesan di sekitar lo. Ya udah, beranjaklah maaan!.

3. Sibukan diri. Jadilah orang yang produktif dan terencana sehingga ga banyak waktu tersisa untuk ngegalau

4. bergaul. Orang ga punya banyak temen biasanya cepet galau. Mari curhaaat cyyn, jangan pendem sendiri terus setiap masalah. Karena salah-salah malah akan bikin lo galau tingkat dewa!

5. Positif thinking. Jangan gampang netting sama orang, biar saat kondisi ga nyaman, kita ga cepet galau.

6. Putuskan segera. Saat galau mendera, yang kamu butuhkan hanya segera mengambil keputusan. Apakah bakal nerusin ngegalau atau move on.



Nah, itu beberapa tips dari ipeh.
Semoga bermanfaat, atau malah bikin ngegalau? hehe

Semoga ga sering-sering galau :)

Resume Buku Paulo Freire

BAB 4 Pendidikan untuk kaum tertindas Paulo Freire

SEBUAH RESUME

Bab ini membahas mengenai pentingnya keberadaan dialog antara pemimpin dengan kaum tertindas dalam berbagai bidang terutama pendidikan. Dialog penting dilakukan agar rakyat tidak hanya menjadi objek pemimpin tapi juga menjadi pelaku dalam pelaksanaan sendi-sendi kehidupan. Hal ini penting untuk ditekankan karena ada suatu penegasan jika manusia adalah makhluk praksis berbeda dengan binatang yang hanya makhluk berbuat, karena binatang tidak berkarya dan hidup dalam keadaan yang tidak bisa mereka lampaui selain yang biasa mereka lampaui. Manusia melakukan tindakan dan refleksi; inilah yang disebut dengan makhluk praksis.
Para pemimpin bertanggung jawab untuk tidak menghalangi kepraksisan rakyatnya, karena pemimpin yang berusaha menghalangi sama juga dengan mengikis kepraksisan dalam dirinya sendiri. Salah satu cara pemimpin untuk bisa mengakomodasi kepraksisan rakyatnya adalah dengan cara melakukan dialog. Jika pemimpin benar-benar bertujuan untuk mengabdi kepada rakyatnya maka mereka tidak akan memaksakan kehendak, ataupun tidak mendominasi. Sebaliknya para pemimpin yang tidak bertindak dialogis kepada rakyatnya sama saja dengan meniru watak dominator dan bukan revolusioner sejati. Karena sejatinya keikutsertaan kaum tertindas adalah sesuatu yang esensial dalam sebuah proses perubahan.
Hal-hal di atas juga berlaku dalam dunia pendidikan, bahwa dialog sangat penting dilakukan dalam hubungan guru dan siswa. Jika guru hanya bertindak memaksakan apa yang ingin ia berikan kepada siswa tanpa melakukan dialog terlebih dahulu dengan siswa mengenai apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka inginkan maka pendidikan yang terjadi tidak lebih dari pengulangan cara kerja yang diajarkan oleh guru kepada siswa. Siswa hanya akan jadi objek peniru bukan subjek yang mempunyai hak untuk ikut melaksanakan proses pendidikan.
Perlu diketahui jika ketidakmanusiawan kaum penindas dan kaum revolusioner juga sama-sama menggunakan ilmu pengetahuan. Tetapi ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan oleh kaum penindas bertujuan untuk menjadikan kaum tertindas sebagai “ benda” untuk kepentingan ilmiah belaka. Oleh karena itu kaum tertindas harus ikut terlibat dalam proses revolusi agar mereka tidak dijadikan objek kepentingan ilmiah saja.
Tidak dibenarkan melakukan revolusi humanisme ilmiah yang mengatasnamakan revolusi, sehingga kemudian memperlakukan kaum tertindas sebagai objek untuk dianalisi dan atas dasar analisis itu kemudian mereka memberikan cara-cara untuk melakukan sesuatu kepada kaum tertindas tersebut. Karena dengan melakukan hal tersebut sama saja dengan menjatuhkan diri kita kepada salah satu ideologis kaum penindas yaitu pemutlakan kebodohan.
Kaum penindas menganggap bahwa kaum tertindas itu selamanya bodoh dan menggolongkan kaum penindas ke dalam kelas dimana mereka merasa lebih pintar, serba mengetahui dan terlahir untuk mengetahui sesuatu. Dengan demikian mereka menganggap orang lain berbeda. Para pemimpin revolusi yang ilmiah dan humanis tidak akan percaya dengan ideologi tersebut. Mereka tidak dapat mempercayai jika hanya mereka saja yang mengetahui sesuatu dan rakyat tidak. Karena jika hal itu terjadi berarti pemimpin meragukan rakyatnya.
Sebagian meragukan jika dialog dapat dilakukan sebelum merebut kekuasaan terlebih dahulu. Mereka menolak tata cara pendidikan kritis yang pada akhirnya menjadi menolak kualitas pendidikan sebagai suatu hasil dari revolusi dan aksi kebudayaan. Karena dipihak lain mereka berusaha mengacaukan aksi kebudayaan yang ada dengan pendidikan baru yang akan disahkan segera saat kekuasaan tengah mereka pegang. Oleh karena itu akan menjadi naif jika kita mengaharapkan kaum penindas untuk bisa memberikan atau minimal mengakui pendidikan yang membebaskan. Hal itu pulalah yang akhirnya melatarbelakangi mengapa harus terjadi sebuah revolusi, yaitu agar tercapai suatu kebebasan.
Revolusi muncul dari keadaan subyektif, dimana kaum revolusioner berusaha untuk menggeser situasi penindasan dengan membangun suatu masyarakat manusia dalam proses pembebasan yang terus menerus. Sifat mendidik dan dialogis dari revolusi juga menjadikannya sebagai “revolusi kebudayaan”. Sifat mendidik inilah sebagai alat yang penting untuk mencegah penyalahgunaan revolusi, menghindarkan revolusi dari bahaya-bahaya birokrasi. Maka proses revolusi sendiri bersifat pendidikan.
Ciri- ciri kebudayaan antidialogis
Penaklukan
Salah satu sifat utama dari ciri budaya antidialogis adalah penaklukan. Manusia yang memiliki paham antidialogis akan berusaha mencari cara untuk selalu menaklukan orang lain untuk kemudian bisa memenuhi dan mengikuti pemikiran dan keinginannya. Penakluk akan memaksakan kehendaknya kepada orang yang berhasil ia taklukan dan akan menganggap mereka sebagai miliknya.
Keinginan untuk menaklukan senantiasa terdapat dalam tindakan antidialogis. Untuk bisa menjalankan penaklukan maka kaum penindas akan berusaha untuk melenyapkan kualitas manusia sebagai “alat pertimbangan dunia”. Namun karena kaum penindas tidak mampu untuk melenyapkan semuanya maka mereka berusaha untuk menciptakan dunia palsu bagi pikiran-pikiran mereka (kaum tertindas) agar keterasingan dan kepasifan mereka bertambah. Kaum penindas mengembangkan suatu metode yang menghindarkan penampakan dunia sebagai suatu masalah yang harus dihadapi namun dunia ditampilkan sebagai sesuatu yang sudah jadi dan begitu adanya sehingga manusia hanya diharuskan untuk menyesuaikan diri sebagai penonton.
Merupakan keharusan bagi kaum penindas untuk mendekati kaum tertindas agar dapat membuat mereka tetap pasif melalui penaklukan. Namun penaklukan ini tentu saja bukan melalui cara melibatkan rakyat, tapi melalui komunikasi sejati. Kaum penindas akan berusaha menyebarkan mitos-mitos seperti kebebasan, pendidikan universal, usaha dan pekerjaan. Yang kesemuanya itu tak lebih dari iming-iming penguasa yang tak pernah dijalankan dalam keadaan yang sebenarnya.

Pecah dan kuasai
Setelah minoritas penguasa bisa menaklukan kaum mayoritas maka mereka akan berusaha memecah belah rakyat agar mereka bisa mempertahankan kekuasaannya. Untuk melemahkan kaum tertindas adalah dengan cara mengucilkan mereka, dan semakin memperlebar jurang pemisah antar mereka.
Cara lain untuk melakukan penindasan adalah dengan cara “pelatihan-pelatihan kepemimpinan”. Kaum penindas melatih beberapa pemimpin dalam rakyat dan memberikan pikiran-pikiran yang harus dikembangkan lagi ke masyarakat yang dimana isi pikiran itu tidak lain adalah cara untuk mengekang dan menindas mereka. Karena perlu diketahui jika kaum penindas tidak akan memajukan rakyatnya secara keseluruhan namun hanya para pimimpin atau pemuka yang dipilih. Hal ini dilakukan untuk tetap memelihara keterasingan dalam masyarakat serta menghambat munculnya kesadaran serta keterlibatan kritis rakyat dalam realitas total.
Manipulasi
Dengan cara memanipulasi elit penguasa akan berusaha membuat rakyat menyesuaikan diri dengan keinginan-keinginan dan tujuan mereka. Semakin rendah eksadaran politik rakyat maka akan semakin mudah mereka dimanipulasi oleh mereka yang tidak ingin kehilangan kekuasaannya.
Serangan budaya
Merupakan ciri terakhir dari budaya antidialogis. Dalam hal ini kaum penindas berusaha menyusup dalam suatu kelompok kebudayaan tertentu dan tanpa menghiraukan potensi kebudayaan itu sendiri lalu memaksakan pandangan dunianya sendiri kepada orang-orang yang mereka serang dan menghambat kreativitas kaum terserang dengan mengendalikan ungkapan-ungkapan kejiwaan mereka.
Penaklukan kebudayaan mengakibatkan ketidakmurnian kebudayaan dari mereka yang diserang. Mereka kemudian melayani nilai-nilai dan patokan tujuan kaum penyerang. Agar serangan kebudayaan berhasil makan hal penting adalah membuat kaum terserang yakin akan inferioritas instrinsik mereka. Dengan begitu maka mereka akan mengakui superioritas kaum penyerang.
Ciri-ciri kebudayaan dialogis
Kerjasama
Dalam tahap manapun pada proses revolusi tidak bisa mengesampingkan proses persekutuan yang pada akhirnya akan melahirkan kerjasama yang akan membawa rakyat dan pemimpinnya bersatu dalam satu tujuan. Karena itu kerja sama merupakan salah satu ciri kebudayaan dialogis yang penting untuk dikembangkan.
Persatuan untuk pembebasan
Dalam teori dialogis para pemimpin harus menyerahkan dirinya bagi usaha untuk mempersatukan kaum tertindas. Untuk menciptakan persatuan diantara mereka memerlukan suatu bentuk aksi kebudayaan yang akan membuat mereka mengetahui mengapa dan bagaiman mereka melekat pada realitas. Dengan demikian usaha untuk mempersatukan kaum yang tertindas tidak hanya berakhir pada slogan-slogan saja.
Organisasi
Adalah usaha para pemimpin untuk mengorganisasi rakyatnya dan menuntuk kesaksian dan kesetiaan bahwa persatuan adalah suatu tugas bersama yang harus dijalankan bersama.
Semua kesaksian yang murni bersumber dari pengetahuan sejarah yang memadai, dan kebernaian menempuh resiko, termasuk kemungkinan bahwa pemimpin tidak akan selalu memperoleh dukungan rakyat.
Sintesa kebudayaan
Aksi kebudayaan yang dilakukan harus senantiasa menjadi suatu bentuk yang tindakan yang sistematis dan terencana yang ditujukan pada struktur sosial, baik dengan tujuan melestarikan atau mengubahnya.

REVIEW
Pendidikan kaum tertindas ternyata sangat dipengaruhi oleh bagaimana suatu politik dijalankan oleh para pemimpinnya. Jika pendidikan dijalankan tanpa adanya proses dialogis yang jelas antara pelaksana pendidikan dengan pemimpin yang bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan maka hanya akan melahirkan suatu sistem dominasi kekuasan. Pendidikan akan diarahkan menjadi alat untuk mempertahankan kekuasaan segelintir orang.
Kaum tertindas akan semakin tertindas jika tidak mau meningkatkan kesadaran politiknya. Karena semakin rendah kesadaran politik seseorang maka akan semakin mudah untuk ditaklukan atau dikuasai. Oleh karena itu diperlukan adanya gerakan revolusi yang bersumber dari sikap saling bekerjasama, persatuan dan kesadaran akan pembebasan.
Jika kita bandingkan situasai pendidikan beberapa puluh tahun yang lalu dengan yang sekarang maka pendidikan kaum tertindas itu memang masih ada. Jika dulu penindasan dilakukan oleh para pemimpin dengan cara menerapkan kebijakan-kebijakan pendidikan yang tak bisa dibantah oleh rakyat maka sekarang sebenarnya sama saja hanya dengan cara yang lebih tersamarkan. Sekarang penindasan pendidikan lebih diarahkan pada pengkomersilan pendidikan oleh beberapa pihak yang berkuasa. Pendidikan dibuat mahal dan kerap kali dipolitisir untuk kepentingan suatu pihak.
Pendidikan dibuat mahal dan pada akhirnya hanya mampu diakses oleh golongan tertentu dan membuat kaum tertindas semakin tenggelam dalam keadaannya tanpa pendidikan.


NURLATIFAH MAHFUDZ BK FIP UNJ

Selamat hari anak nasional, awang!

Adalah Awang, fitri dan kawan-kawan anak2 yang setia menjagai sepatu di rak-rak sepatu mesjid Nurul Irfaan Kampusku, UNJ Rawamangun. Awang adalah seorang anak laki-laki usia sekolah dasar yang periang, ingatannya super tajam dan matanya itu loh berseri-seri sekali. Tak nampak kesusahan di wajahnya. Ku kira tak banyak mahasiswa di kampus yang memperhatikan bocah kecil ini, eh ternyata ada salah satu kaka kelasku yang membuat status tentang si Awang ini.

Entah ada berapa Awang di Negara yang katanya angka kemiskinannya sudah semakin menurun tiap tahunnya, entah ada berapa puluh ribu anak yang malah bekerja disaat seharusnya mereka belajar dengan riang di kelas-kelas yang nyaman ditemani guru-guru yang ramah dan welas asih dalam mengajar. Awang-awang lainnya tersebar dipojok-pojok lampu merah mengandalkan suaranya yang bahkan semakin meringkih karena saat pagi menjelang kerongkongannya mungkin belum sempat terbasahi air hangat. Tak ada segelas susu hangat apalagi setangkup roti penuh meses cokelat yang lezat untuk sarapan pagi dari Bunda tercinta. Alangkah banyaknya awang-awang kecil di sekitar kita.

Awang bukannya tak punya cita-cita, siapa yang tahu jika mungkin cita-citanya jauuuuh lebih tinggu dibanding anak anak yang setiap hari duduk manis di jok mobil empuk diantar sopir menuju sekolah yang mewah dan serba wah. Siapa yang tahu jika cita-cita awang jauh lebih mengembang dan melangit dibanding mereka?. Tak ada yang tahu..

Bagi para Awang semuanya hanya soal kesempatan. Dan kesempatan bisa diciptakan layaknya sebuah peluang. Kita bisa menjadi pemantiknya, ledakan gelegak semangat yang kita tangkap darinya. Jangan biarkan ia padam dihembus angin kepasrahan. Ciptakan peluang dan wujudkan dalam amal.

Dan kita, bolehlah sejenak mengarahkan pandangan kepada awang dan teman-temannya...
bantu wujudkan mimpinya, citanya, harapnya.

Awang juga sama seperti anak bangsa lainnya, ingin merdeka dari kebodohan, paripurna dalam ,menikmati masa kanak-kanaknya. Dan kita bisa menjadi pemantik apinya..

Daripada merutuki kegelapan, mari kita nyalakan lilin yang menerangi.

Selamat hari anak Nasional

***
Ipeh dan teman-teman di Garda 3 eduwa unj (education watch unj), beserta kaka2 di departemen pendidikan bem UNJ berencana untuk membantu awang dkk. Soooo, kami sangat mengahrapkan bantuan dari temen-temen juga.

P. S : Yang mau donasi untuk awang dkk, bisa hubungi ipeh, depdik bemj BK, eduwa UNJ, depdik UNJ atau comdev sospol UNJ. Satu buku bisa sangat berarti untuk awang dkk.

Donasi bisa berupa :
- Buku layak pakai (tulis, buku cerita, buku pelajaran SD)
- Alat tulis
-Tenaga untuk mengajar mereka

dll.

Jika kita bisa membantu lebih, marilah kita bantu dengan lebih baik. Jangan hanya membantu dengan selemah-lemahnya iman :)