Pages

Ads 468x60px

Labels

Sabtu, 30 Juli 2011

Kambuh, azzam, dan cinta Bapake

Lagi, paru-paru ku tak bisa menyerap udara dengan sempurna. Ia megap-megap semalaman ini. Ditemani batuk yang suaranya nyaring tak terkira, sudah ku coba untuk menahan agar suaranya tak membangunkan seisi rumah. Namun nampaknya usahaku sia-sia. Batuk malah makin merajalela.
Aku pun beranjak dari kamar menuju dapur mencari seteguk air untuk membasahi tenggorokanku yang mulai perih, oh saat bangun baru kusadari ternyata badanku lemas dan kepala pun memberat. Ku raba dahiku, hangat. Keputusanku untuk tidur lebih cepat ternyata memang tepat, badanku ngehang setelah seharian di kampus dan melewatkan makan nasi seharian. Kebiasaan buruk anak kosan. Saat menuju dapur, mataku tertumbuk pada satu bungkus mungil obat batuk cair rasa jahe. Oaalahhh, menggoda sekali. Pasti tenggorokanku akan langsung menghangat. Eiitsss, tapi aku harus menahan diri, yang kubutuhkan bukan obat itu, tapi obat sebenarnya. Aku sudah berazzam untuk menghentikan konsumsi obat-obatan kimiawi, walau belum bisa maksimal tapi setidaknya aku akan terus berusaha.

Glek-glek... 2 gelas air putih hangat mengaliri tenggorokanku yang semakin perih. Alhamdulillah nikmatnya air putih. Aku masih meresapi rasa-rasa air itu sambil duduk di tangga rumah. Dadaku masih sesak, udara belum bisa mengalir maksimal. Terbayang biasanya aku selalu punya stok obat kimia di dompet kalau-kalau anfal seperti ini dan tak ragu meminum 1 sampai 3 tablet kalau perlu, astagfirulloh.
Bronhitis akut selalu datang membayang kalau badanku sudah kelewat capek, kebanyakan kena angin malam, stress dan dalam keadaan tertekan. Dan aku kecapekan hari ini. Tadi sore aku berdiri di bis antara kampus pasar rebo, berdesakan diantara himpitan bapak-bapak berbadan bau, sungguh tak sehat.
Aku pun beringsut ke arah kulkas, dan meraih sebotol madu murni di atas kulkas. Ku tuang satu sendok makan dan kucampur dengan beberapa tetes minyak herba jawi (produk HPA), bismillah ku tenggak langsung dan aroma minyak herba jawi yang memang cukup ga banget (bau) mulai menyeruak di langit-langit mulutku. Sontak otakku siaga mengirimkan sinyal mual ke perut. Tahan va.. tahan..
Alhamdulillah cessss,, rasa perih tenggorokankku mulai berangsur hilang. Dan perutku mulai nyaman terkena efek madu. Yup, peminuman antibiotik alami pun selesai. Ritual malam belum selesai, aku pun mengambil beberapa tablet omega 3. Bismillah, semoga badanku kuat esok hari. Jam menunjukan pukul 11.35 malam, hampir tengah malam dan aku belum tidur juga. Aku pun kembali ke kamar dengan niatan merebahkan diri kembali di kasur. Apatah daya, ga bisa tidur ternyata. Kontemplasi pun dimulai.
Sesak ini mengajarkanku akan rasa syukur saat sehatku. Ku tahu aku terlalu sombong untuk sering merampas hak tubuhku untuk beristirahat. Kerapkali seharian dengan bermacam kegiatan di kampus dan malam aku selalu sok sibuk nonton film, baca sampai larut atau apalah. Dzolim sekali sama badanku.


Pagi hari menjelang, batuk-batuk masih bersisa, lepas subuhan aku tidur lagi ga kuat badanku masih lemas..
Jam 7 pagi aku terbangun, rumah sudah mulai lengang. Yup kaka dan mbak ku sudah berangkat ke kantor. Bapake masuk kamar serta langsung berkata: ayo cepat sana mandi, ke dokter terus buat rujukan ke rumah sakit. Kontrol sama dokter paru. Aku hanya ber iya,, iya saja. Siapa yang mau pagi-pagi di suruh ke rumah sakit?. Rusaknya salah satu motor di rumah menyelamatkanku dari rumah sakit pagi ini. Tak ada motor lagi, semuanya habis di bawa kaka, bapak dan mbaku. Yes.
Hikmah kekambuhanku malam dan pagi ini, Aku jadi tahu bahwa bapake sangat mengkhawatirkan keadaanku. Beliau tahu jika sudah kambuh begini berarti badanku sudah benar-benar ga OK. Mungkin beliau lupa tentang azzamnya yang ga mau ke dokter lagi, saking khawatirnya padaku. Hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar