Pages

Ads 468x60px

Labels

Rabu, 03 November 2010

pelajaran cinta :)

PELAJARAN CINTA*
Pelajaran ini mungkin tak diajarkan di ruang kelas di sekolah seperti biasanya. Pelajaran ini tak ada rumus bakunya seperti fisika atau kimia. Ini pelajaran tentang hidup manusia. Makhluk yang berada di mayapada atas perkenan Sang Maha Cinta, Allah SWT. Manusia yang terlahir karena perantaraan dua orang yang saling mencintai, insya Allah mencinta karena Allah yaitu Ibu dan Ayah kita.
Sore ini, seorang saudari tercinta mengajariku pelajaran cinta. SMS singkat yang membuka beragam pemahaman dan sudutpandang baru tentang cinta. Cinta yang harus mulai ku maknai dengan lebih dewasa, cinta yang mudah-mudahan membuatku semakin dekat dengan pemilik segala cinta. Dari sinilah pelajaran cinta itu di mulai.

“ Iva sayang, satu pesen bunda buat kamu. Kalau kamu menikah nanti, menikahlah dengan orang yang kamu cintai dan yang menyenangkan… “ Kata Bunda Kayla

Mengapa harus orang yang kita cintai? Bukan orang yang mencintai kita ?. Ini perkara yang bisa saja dipersepsi dengan amat sederhana atau rumit njelimet. Terserah darimana kita akan memandang. Bukankah dicintai seseorang itu menyenangkan? Ya, tentu saja. Menjadi orang yang dicintai berarti kita ada diposisi di sukai, di kagumi, karena ada yang special didalam diri kita. Adalah fitrah manusia untuk merasa bahagia jika ada yang mengagumi, ada yang memuji dan mencintai. Selain itu, adalah juga fitrah kita untuk merasa dicintai, dimiliki dan di akui keberadaanya oleh orang lain. Nampaknya posisi di cintai begitu menyenangkan. Tapi tak jarang pula seseorang merasa keberatan jika dicintai, ia takut ikut bertanggungjawab atas perasaan orang yang mencintainya.
Saat kita dicintai orang lain maka kita secara langsung atau tidak kita menjadi tempat berharap orang lain-harapan balasan cinta (dalam kondisi yang umum, orang ingin cintanya berbalas). Mungkin akan menjadi menyenangkan jika kita juga memiliki perasaan yang sama dengan orang yang mencintai kita. Tapi bayangkan jika tidak, kita harus belajar menegaskan itu semua. Pilihannya hanya dua, jika kita tak mau dengan cinta itu maka akhiri dengan tegas namun tanpa menyakiti. Pilihan kedua jika kita ingin belajar menerima cinta itu, maka kita harus belajar menerima cinta itu dengan apa adanya. Jangan pernah mempermainkan orang yang mencintai kita dengan cara memberikan harapan-harapan semu dan ketidakpastian dalam penantian.
Luka fisik mungkin akan mudah hilang seiring berjalannya waktu, tapi luka di hati? Tak ada yang tahu pasti kapan akan sembuhnya.
Lalu bagaimana jika kita ada dalam posisi mencinta seseorang?. Maka nikmatilah posisi itu dengan sebaik-baiknya. Pelajaran mencintai adalah paket pengajaran cinta yang paling komplit jika dijalankan dengan baik tanpa dicampuri racun pamrih. Ia berisi kesabaran, penerimaan, memberi, dan keikhlasan.
“seseorang yang telah memutuskan untuk mencintai maka ia hanya akan berfikir untuk memberi… “
Mencintai seseorang dengan cara yang baik maka harus bermodalkan kealtruistikan, bukan keegoisan. Seseorang yang telah memutuskan untuk mencintai maka ia akan selalu berusaha mendahulukan orang yang ia cintai dan mendapatkan kepuasan secara batin dari hal tersebut (altruistik). Contoh yang paling mudah didefinisikan adalah tentang cinta seorang Ibu kepada anaknya. Ibu tak pernah menuntut balasan apa-apa atas segala cinta yang ia curahkan kepada anak-anaknya, sebaliknya Ibu hanya berharap untuk kebahagiaan anak-anaknya saja.
Seperti itulah cinta yang dewasa, cinta yang tidak egois. Tidak memikirkan diri sendiri saja. Namun mencintai yang sehat juga tidak boleh selalu mengorbankan kebahagiaan pribadi, karena jika hal ini yang terjadi maka kita sudah tidak altruis lagi namun telah berlanjut kepada kepasrahan altruistic dan ini sudah tidak sehat.
Karena cinta yang dewasa berkorban untuk orang yang ia cintai dan ia merasa bahagia dengan pengorbanan tersebut.

“Cinta itu mempersilakan, atau mengambil kesempatan…”

“Yaa Muqollibal quluub, sabbit qolbii ‘alaa dinnika wa’ala too’atika subhanaka innii kuntumminadzolimiin.. “

Allah, terimakasih telah mengiznkanku merasakan keindahan cinta, keindahan mencintai..
Dan pada seterusnya, izinkan aku terus mencintaimu melalui orang yang ku cintai..


Jakarta, penghujung oktober 2010


Latifah Mahfudz

*) jika dipersepsi pada cinta lawan jenis, maka ini aku maksudkan pada pasangan yang telah menikah yaa. Pasangan yang halal n thoyyib, hehe 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar