Pages

Ads 468x60px

Labels

Jumat, 12 November 2010

KEMATIAN, SEJATINYA ADALAH SEBUAH PEMBEBASAN

Malam rabu, 9 november 2010: 20.47
Azzahrah, ditemani segelas penuh air putih, nyanyian si Bondan, dan sepi hehe.

Phuihhh, akhirnya aku bisa melalui hari ini dengan cukup baik (really?) kayaknya engga deh ipeh , tapi not bad lah.

Setidaknya, awalnya ku fikir hari ini akan melulu soal duka, soal airmata, ternyata tidak. Sudahlah pagi ini di buka dengan kabar kepergian orang-orang tercinta dari orang terdekatku
Kabar pertama datang dari ka Iis, finally, Abahnya berpulang..
Aku yakin Ka Is, ini memang rencana terbaik yang telah disiapkan Allah tuk Abah, aku yakin Abah lebih bahagia menjemput hari ini, menjemput kepulangannya ke rumah abadinya, yang entah besok atau lusa kita juga akan menyusulnya Kak, tinggal menunggu waktunya saja. Kaka yang kuat yah, yang tabah..
Abah sudah berbahagia di sana..
Insya Allah.
Kabar kedua dating dari mbak Lia sahabatnya mbak Salsa, adiknya mbak Lia meninggal juga. Ya Rabb, kami sekostan langsung speechless. Baru saja kemarin2 kami berusaha mencarikan terapis untuk ka Sinta, sampai kita telpon2 klinik pak Dadang Hawari yang harga konsultasinya ternyata selangit juga. Tapi, lagi-lagi Allah lebih Maha Tahu apa yang terbaik untuk umatnya, Dia memilih membawa Ka Sinta pulang ke rumahNya, ka sinta akan lebih bahagia disana..
Aamiin ya Rabb.
Huffffhh, narik nafas dulu.. yapp, hembuskan perlahan, latifah !.
“Kehilangan seseorang yang kita cintai untuk selamanya mungkin akan selalu menyakitkan dan nampak tidak adil jika kita meilhatnya dari sisi kita saja. Ketidakikhlasan, kehilangan, kesedihan, manusiawi…
Tapi mungkin adalah sebuah kebahagian yang tiada tara bagi mereka yang pergi, bahagia karena mereka akan segera berjumpa Rabb nya..
Di sambut berjuta malaikat-malaikatNya yang tak pernah berhenti menasbihkan keagungan Rabbnya, malaikat yang mengiringi serta mendo’akan kepulangan mereka ke langit…”

Kematian itu sesuatu yang mutlak terjadi, kapan dan dengan cara apa kita akan mati, hanya Allah yang tahu. Kita hanya mampu berikhtiar dan berdo’a agar Allah berkenan mematikan kita dalam keadaan khusnul khotimah, jalan yang baik, yang tenang (Aamiin ya ALLAH). Pemaknaan hidup yang paling tinggi juga baru akan terjadi jika telah mampu memaknai hakikat kematian, menjadikan kematian sebagai ‘sirine’ dan lampu lalulintas hidup yang harus dijadikan pengingat yang harus ditaati tanda-tandanya. Kematian pun laksana ritual tahunan orang Indonesia: Mudik alias pulang kampung. Apa yang kita rasakan saat bisa pulang kampung? Pasti bahagia, senang luar biasa karena bisa bertemu sanak saudara, keluarga yang di rindui. Mati pun adalah mudik yang sebenar-benarnya; pulang ke kampung akhirat yang dirindui. Kampung yang abadi, yang di dalamnya terjanji sebuah tempat super indah bernama SURGA.
Allah, di sisa waktu ku yang (mungkin) tak banyak lagi tuk mempersiapkan bekal perjalanan mudik ke kampung akhiratMu, izinkan aku bisa mempersiapkan dan membawa amal kebaikan yang Kau Ridhoi, matikan aku dalam kebaikan, jadikan kematian sebagai pengingatku selalu agar aku tak menjadi hamba yang sombong dan mengagungkan hidup yang hanya sementara ini. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar